Senin, 11 November 2013

Kita adalah Api


Saat itu di suatu rumah yang cukup besar,3 sahabat sedang duduk bersama dan bersuka ria. Mereka berimpian untuk bias menjadi orang yang berhasil dan sukses. Mereka menamakan persahabatan mereka dengan sebutan API. API merupakan singkatan dari nama mereka bertiga. A adalah Anisa, P adalah Pipit dan I adalah Intan. Setiap hari dan setiap mereka berkumpul bersama, selalu berteriak dengan kencangnya “kita adalah API”. Nama tersebut membuat mereka semakin semangat. Karena API dengan warna merahnya merupakan tanda bahwa api sangatlah berani. Begitupun dengan kelompok mereka. Semangat mereka untuk menjadi sukses pun juga di dukung dengan nama yang mereka buat bertiga sejak awal.
Mereka saat ini duduk di kelas 3 Sekolah Menengah Atas. Masa-masa yang merupakan kejayaan kebahagiaan bagi setiap remaja. Karena setiap remaja beranggapana bahwa masa paling indah adalah saat saat SMA. Sekolah mereka tidak berjalan lancer. Karena sangat banyak masalah yang mereka hadapi. Masalah yang datang hanyalah dianggap mereka sebuah angin yang menerpa mereka. Angin yang menerpa api akan membuat api semakin besar dan tidak mudah padam. Terlebih jika dari sebongkah arang ada didalamnya. Itulah yang menjadi prinsip kelompok API. Semakin mereka mendapatkan suatu masalah, maka mereka akan semakin semangat dan semakin kuat menghadapi masalah itu.
Tak terasa mereka bertiga telah lulus dari SMA . mereka berniat melanjutkan pendidikan di Universitas yang cukup terkenal di Jakarta. Universitas Indonesia adalah tujuan mereka bertiga. Saat itu mereka langsung ke Bank untuk meregistrasi mengikuti Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Setelah meregistrasi di Bank, mereka menuju ke sebuah warnet untuk mendaftarkan diri pada tes tersebut. Ternyata saat mendaftarkan diri di formulir online terdapat 2 pilihan. Pilihan pertama mereka pilih Universitas Indonesia. Namun, pilihan kedua yang mereka pilih ternyata berbeda-beda. Anisa memilih Universitas Negeri Padang, Pipit memilih Universitas Jambi, sedangkan Intan memilih Universitas Negeri Lampung.
Setiap harinya terasa jantung mereka seperti dihujam oleh sesuatu yang sangat keras yang membuat mereka susah tidur. Hanya satu yang terfikirkan, apakah mereka akan lulus pilihan pertama agar mereka bias selalu bersama. Beberapa minggu pun berlalu dan hari yang dinanti pun tiba. Hari senin, pengumuman peserta yang lulus SNMPTN. Anisa membaca Koran terlebih dahulu. Lalu tiba-tiba terdengar suara yang begitu riuh di toko buku itu. Ternyata suara itu adalah suara teriakan Anisa. “Alhamdulillah aku lulus pit, aku lulus ntan” teriak intan. Berikutnya adalah Pipit. Tak lama kemudian terdengar pula suara Pipit yang membuat toko buku itu semakin gaduh. Pipit berkata “anisa,intan, aku tidak”. Intan dan Anisa pun kaget dan berteriak “Tidak apa pit? Kalaupun memang kamu tidak lulus, kami janji akan menemani kamu pendaftaran jalur lain”. Pipit berkata “aku tidak…..tidak sedih lagi karena aku lulus tes!hahahha,,,kalian tertipu. “Ah,emang dasar kamu pit”. Tiba saatnya intan membaca Koran. Dan ternyata Intan tidak mengeluarkan suara sedikitpun. Suasana toko buku mendadak hening, dan mungkin hanya suara jam dinding yang terdengar. Pipit dan Anisa pun cemas dan lalu bertanya kepada Intan “ kamu kenapa ntan? Jangan murung ya”. Terlihat ada hujan yang cukup lebat yang menghujani pipi intan. Tak berhenti dan semakin lebat. Tangisan itu membuat Anisa dan Pipit bingung. Mereka berharap agar mereka bertiga bias lulus. Lalu Anisa dan Pipit pun ikut menangis disamping Intan. Beberapa menit kemudian, Intan berteriak sampai-sampai membuat Anisa dan Pipit terpental. “Aku lulus kok..hahahahhah,,,,peran ku bagus kan. Masih kalah tuh si pipit”. “Huft, kamu udah buat kami berdua cemas ntan” cetus Anisa dan Pipit.
Lalu mereka pun pulang dengan membawa masing-masing 1 koran. Semangat yang selalu membara pada diri mereka karena sebentar lagi mereka bertiga akan menjadi seorang mahasiswa Universitas Indonesia. Setibanya dirumah Intan yang cukup megah dan sangat luas, mereka membaca Koran dengan seksama. Ternyata mereka hanya lulus di pilihan kedua. Mereka berjanji akan kuliah dengan baik dan akan kembali menjadi API yang semakan besar dan membakar semangat mereka masing-masing. Mereka telah berjanji untuk tidak mengganti nomor handphone dan akan terus komunikasi bercerita tentang pengalaman baru sebagai mahasiswa. Komunikasi lewat situs social dan lewat telefon.
***
Hari demi hari pun berlalu. Tak terasa semester 1 berlalu dengan baik. Semangat yang membara selalu bak api yang selalu membakar merasuki jiwa 3 orang sahabat ini. Nilai yang mereka dapatkan cukup baik. Dan komunikasi mereka Alhamdulillah selalu lancar setiap harinya. Mereka selalu bercerita tentang pengalaman yang luar biasa di kampus mereka masing-masing.  Semester 2 pun tak terasa telah berlalu dan tak lama lagi akan ada liburan semester. Mereka memutuskan untuk pulang ke kampung halaman mereka.
Setibanya mereka di kampung halaman, mereka saling berpelukan lalu mereka serntak meneriakkan “Kita adalah api..Kita akan selalu semangat”. Pertama mereka bertiga menuju kerumah orang tua Anisa. Anisa adalah keluarga yang cukup sederhana. Lalu berikutnya kerumah keluarga pipit, dan terakhir mereka berkumpul dirumah Intan sejak pukul 2 siang sampai pukul 6 sore. Mungkin jika mereka selalu bersama tak akan cukup waktu untuk mereka bercerita selama 7 hari 7 malam. Walaupun mereka suka bercerita cerita, mereka tak akan pernah meninggalkan yang namanya sholat.
Liburan telah berakhir dan mereka langsung pulang ke kota tempat kuliah mereka masing-   masing. Esok harinya perkuliahan pun dimulai dan mereka masing-masing berusaha untuk tetap menjadi sebuah API yang semakin diterpa masalah maka mereka akan semakin berkobar dan akan semakin berani untuk menghadapi masalah itu. Selalu mereka ingat dalam ingatan dan mereka tanamkan dalam hati bahwa mereka adalah generasi baru yang tak mudah dikalahkan oleh sebuah masalah. Karena slogan mereka adalah “kita adalah api”. Semester 3 mereka lalui dengan semangat yang membara. Bak api yang sangat berkobar. Namun, saat itu mereka mendapatkan sebuah masalah yang cukup berat.
Masalah itu dimulai dari masalah Anisa yang difitnah oleh temannya. Anisa dituduh oleh temannya mencuri dompet dari salah seorang teman yang paling kaya dikelasnya. Padahal sesungguhnya Anisa tidak melakukan itu. Meskipun Anisa dari keluarga yang sederhana, namun Anisa tidak pernah diajarkan mencuri oleh orang tuanya. Masalah itu membuat Anisa malu untuk kuliah sampai ia menemukan siapa orang yang memfitnah dia. Satu minggu kemudian Anisa berhasil menegtahui siapa teman yang memfitnahnya dan teman yang memfitnah itu di drop out dari Universitas Negeri Padang. Setelah itu kehidupan Anisa cukup berjalan lancer. Karena setiap masalah jika dihadapi satu persatu InsyaAllah akan selesai dengan baik. Seperti rpinsip awal mereka bahwa mereka adalah sebuah API.
Tak lain halnya dengan Pipit dan juga Intan yang mengalami masalah. Intan yang menuntut Ilmu di kota yang cukup keras kehidupannya yaitu Lampung. Intan kehilangan motor kesayangannya dari SMA. Motor itu sudah bersamanya selama 4 tahun. Setelah dicari berminggu-minggu motor itu tidak bias ditemukan lagi. Intan hanya bisa pasrah kepada Allah SWT. Karena mungkin saja yang mencuri motor itu sangat membutuhkan uang. Dan Intan juga sudah berusaha sekuat tenaga dengan mengerahkan seluruh semangatnya. Pipit yang menuntut ilmu di kota yang cukup panas yaitu Jambi juga mengalami masalah. Kontrakan tempat Pipit tinggal terjadi kasus pencurian. Pipit kehilangan uang 2 juta rupiah. Padahal uang itu ingin digunakannya untuk membayar kontrakan. Namun, Pipit yakin Allah akan mengganti uang itu dengan hal lain suatu saat nanti.
Tak terasa mereka sudah semester tujuh. Masing-masing dari mereka sudah mulai membuat skripsinya masing-masing. Namun ada satu kendala yang dialami oleh Anisa. Anisa kekurangan biaya untuk membeli printer. Akhirnya Pipit dan Intan berusah mengumpulkan uang di kampusnya masing-masing. Pipit menjual kue di kelasnya dan di tempat lain Intan pun melakukan hal yang sama. Yaitu berusaha agar mendapatkan uang. Intan membuka usaha gantungan kunci yang terbuat dari kain planel. Alhamdulillah dengan semangat yang selalu mereka tanamkan dalam hati, dan selalu di ingat dalam ingatan mereka masing-masing bahwa mereka akan selalu menjadi API yang membara dan akan selalu semangat mengahadapi setiap masalah yang menghampiri.
Tak terasa 2 minggu pun berlalu dan Intan berhasil mengumpulkan uang sebesar dua ratus ribu rupiah. Pipit juga berhasil mengumpulkan uang sebesar tiga ratus ribu rupiah. Sedangkan harga printer saat itu adalah enem ratus ribu rupiah. Dengan semangat yang luar biasa dan keinginan berhasil yang mebara seolah-olah pertemanan mereka yang mereka namai API itu memang benar-benar tertancap pada diri mereka masing-masing. Karena Anisa tidak ada mata kuliah di kampus lagi, Anisa memutuskan untuk bekerja paruh waktu. Dari pukul 7 pagi sampai pukul 12 siang Anisa bekerja di sebuah rumah makan di dekat kontrakannya. Setelah itu saat pukul 1 siang sampai pukul 8 malam, Anisa bekerja di sebuah fotokopian yang tak jauh dari rumah makan itu. 2 minggu berlalu dan dari 2 pekerjaannya itu Anisa berhasil mengumpulkan uang sebanyak dua ratus ribu rupiah. Akhirnya berkat kerja keras Anisa, Pipit dan Intan yang luar biasa, Anisa bisa membeli printer untuk skripsinya.
Selama dua bulan mereka melakukan penelitian di kampus mereka masing-masing dan 2 bulan kemudian tak terasa mereka sudah menjadi seorang sarjana. Luar biasa sekali rasanya bisa melihat mereka sukses dengan usaha yang luar biasa, kerja keras yang tiada putus dengan semangat yang berapi-api yang tak pernah padam. Mereka berhasil menjadi mahasiswa terbaik di kampus mereka masing-masing. Dengan nilai yang luar biasa memuaskan. Orangtua mereka sangat bangga dengan kerja keras anaknya yang berhasil menuntut ilmu dengan baik.
***
Mereka melanjutkan perjuangan mereka masing-masing. Mereka membuat surat lamaran kerja yang ditujukan untuk perusahaan  yang sama. Setelah satu minggu kemudian perusahaan tersebut hanya menghubungi salah satu dari mereka. Ternyata hanya Anisa yang diterima di perusahaan itu. Perasaan Intan dan Pipit rasanya tak karuan. Apakah harus sedih atau senang mendengar berita bahwa Anisa diterima di perusahaan tersebut. Namun, mereka tetap menjadi suatu API yang akan selalu menyatu dan akan mendukung satu sama lain. Anisa merasa berat hati ingin bekerja di perusahaan itu. Karena Anisa tak sanggup melihat kedua sahabatnya bersedih.
Setelah berdiskusi, Alhamdulillah Pipit dan Intan menerima dengan lapang dada bahwa hanya Anisa yang diterima di perusahaan tersebut. Satu minggu kemudian Anisa mulai bekerja di perusahaan. Sedangkan Pipit dan Intan melanjutkan perjuangan mereka melamar pekerjaan di perusahaan lain. Perusahaan tersebut bernama perusahaan Gelora. Setelah menunggu waktu 1 minggu kemudian, hal yang sama terjadi lagi. Yang diterima hanya salah satu dari mereka berdua. Pipit mendapatkan telfon bahwa pipit bisa bekerja di perusahaan Gelora mulai minggu depan. Menjelang minggu depan Pipit menemani Intan mencari pekerjaan. Setelah 3 hari berlalu belum ada perusahaan yang menerima surat lamaran kerja dari Intan. Intan mendadak putus asa.
Keesokan harinya Intan dan Pipit berusaha lagi menempuh perjalan dan berjuang untuk mendapatkan pekerjaan. Saat itu sudah tepat menunjukkan pukul 11 siang. Pipit dan Intan memutuskan untuk makan siang. Tak berapa lama kemudian, telefon genggam Intan berdering. Saat intan mengangkat telfon terdengar suara laki-laki yang berbicara terlebih dahulu. “Halo, selamat siang. Bisa bicara dengan saudari Intan” ucap lelaki itu. Lalu Intan menjawab “ iya pak, saya intan”. Lelaki tersebut menjawab lagi “saya ucapkan selamat kepada anda, karena menurut hasil keputusan perusahaan Gelora, anda diterima di perusahaan kami. Anda bisa mulai bekerja minggu depan”. Lalu Intan meneteskan air mata bahagia dan terdiam sejenak. Beberapa saat kemudian intan menjawab “ terima kasih pak. Saya akan datang tepat waktu dan akan siap bekerja di perusahaan bapak”.
Akhirnya Anisa, Pipit dan Intan sudah mendapatkan pekerjaan. Mereka yakin bahwa jika mereka berusaha dengan giat dan berusaha dengan penuh semangat yang berapi-api maka mereka akan berhasil. Terbukti dengan eratnya persahabatan mereka dan usaha keras mereka, mereka dapat melalui semua masalah yang datang. Seperti yang selalu mereka ingat. Mereka menganggap masalah hanyalah sebuah angin yang menerpa mereka sang API. Api akan bertambah besar jika diterpa angin. Begitu pula mereka, mereka akan bertambah semangat meskipun masalah bertubi-tubi menghampiri mereka. Lalu mereka berpelukan bertiga dan berkata dengan teriakan yang sangat keras “kita adalah API, kita akan selalu semangat”.

Mutiara Azani
12 Januari 2012, pkl 04.00
Muara Bulian, Jambi

BOM CERPEN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar