Saat
itu di suatu rumah yang cukup besar,3 sahabat sedang duduk bersama dan bersuka
ria. Mereka berimpian untuk bias menjadi orang yang berhasil dan sukses. Mereka
menamakan persahabatan mereka dengan sebutan API. API merupakan singkatan dari
nama mereka bertiga. A adalah Anisa, P adalah Pipit dan I adalah Intan. Setiap
hari dan setiap mereka berkumpul bersama, selalu berteriak dengan kencangnya
“kita adalah API”. Nama tersebut membuat mereka semakin semangat. Karena API
dengan warna merahnya merupakan tanda bahwa api sangatlah berani. Begitupun
dengan kelompok mereka. Semangat mereka untuk menjadi sukses pun juga di dukung
dengan nama yang mereka buat bertiga sejak awal.
Mereka
saat ini duduk di kelas 3 Sekolah Menengah Atas. Masa-masa yang merupakan
kejayaan kebahagiaan bagi setiap remaja. Karena setiap remaja beranggapana
bahwa masa paling indah adalah saat saat SMA. Sekolah mereka tidak berjalan
lancer. Karena sangat banyak masalah yang mereka hadapi. Masalah yang datang
hanyalah dianggap mereka sebuah angin yang menerpa mereka. Angin yang menerpa
api akan membuat api semakin besar dan tidak mudah padam. Terlebih jika dari
sebongkah arang ada didalamnya. Itulah yang menjadi prinsip kelompok API.
Semakin mereka mendapatkan suatu masalah, maka mereka akan semakin semangat dan
semakin kuat menghadapi masalah itu.
Tak
terasa mereka bertiga telah lulus dari SMA . mereka berniat melanjutkan
pendidikan di Universitas yang cukup terkenal di Jakarta. Universitas Indonesia
adalah tujuan mereka bertiga. Saat itu mereka langsung ke Bank untuk
meregistrasi mengikuti Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).
Setelah meregistrasi di Bank, mereka menuju ke sebuah warnet untuk mendaftarkan
diri pada tes tersebut. Ternyata saat mendaftarkan diri di formulir online terdapat 2 pilihan. Pilihan
pertama mereka pilih Universitas Indonesia. Namun, pilihan kedua yang mereka
pilih ternyata berbeda-beda. Anisa memilih Universitas Negeri Padang, Pipit
memilih Universitas Jambi, sedangkan Intan memilih Universitas Negeri Lampung.
Setiap
harinya terasa jantung mereka seperti dihujam oleh sesuatu yang sangat keras
yang membuat mereka susah tidur. Hanya satu yang terfikirkan, apakah mereka
akan lulus pilihan pertama agar mereka bias selalu bersama. Beberapa minggu pun
berlalu dan hari yang dinanti pun tiba. Hari senin, pengumuman peserta yang
lulus SNMPTN. Anisa membaca Koran terlebih dahulu. Lalu tiba-tiba terdengar
suara yang begitu riuh di toko buku itu. Ternyata suara itu adalah suara
teriakan Anisa. “Alhamdulillah aku lulus pit, aku lulus ntan” teriak intan.
Berikutnya adalah Pipit. Tak lama kemudian terdengar pula suara Pipit yang membuat
toko buku itu semakin gaduh. Pipit berkata “anisa,intan, aku tidak”. Intan dan
Anisa pun kaget dan berteriak “Tidak apa pit? Kalaupun memang kamu tidak lulus,
kami janji akan menemani kamu pendaftaran jalur lain”. Pipit berkata “aku
tidak…..tidak sedih lagi karena aku lulus tes!hahahha,,,kalian tertipu.
“Ah,emang dasar kamu pit”. Tiba saatnya intan membaca Koran. Dan ternyata Intan
tidak mengeluarkan suara sedikitpun. Suasana toko buku mendadak hening, dan
mungkin hanya suara jam dinding yang terdengar. Pipit dan Anisa pun cemas dan
lalu bertanya kepada Intan “ kamu kenapa ntan? Jangan murung ya”. Terlihat ada
hujan yang cukup lebat yang menghujani pipi intan. Tak berhenti dan semakin
lebat. Tangisan itu membuat Anisa dan Pipit bingung. Mereka berharap agar
mereka bertiga bias lulus. Lalu Anisa dan Pipit pun ikut menangis disamping
Intan. Beberapa menit kemudian, Intan berteriak sampai-sampai membuat Anisa dan
Pipit terpental. “Aku lulus kok..hahahahhah,,,,peran ku bagus kan. Masih kalah
tuh si pipit”. “Huft, kamu udah buat kami berdua cemas ntan” cetus Anisa dan
Pipit.
Lalu
mereka pun pulang dengan membawa masing-masing 1 koran. Semangat yang selalu
membara pada diri mereka karena sebentar lagi mereka bertiga akan menjadi
seorang mahasiswa Universitas Indonesia. Setibanya dirumah Intan yang cukup
megah dan sangat luas, mereka membaca Koran dengan seksama. Ternyata mereka
hanya lulus di pilihan kedua. Mereka berjanji akan kuliah dengan baik dan akan
kembali menjadi API yang semakan besar dan membakar semangat mereka
masing-masing. Mereka telah berjanji untuk tidak mengganti nomor handphone dan
akan terus komunikasi bercerita tentang pengalaman baru sebagai mahasiswa. Komunikasi
lewat situs social dan lewat telefon.
***
Hari
demi hari pun berlalu. Tak terasa semester 1 berlalu dengan baik. Semangat yang
membara selalu bak api yang selalu membakar merasuki jiwa 3 orang sahabat ini.
Nilai yang mereka dapatkan cukup baik. Dan komunikasi mereka Alhamdulillah
selalu lancar setiap harinya. Mereka selalu bercerita tentang pengalaman yang
luar biasa di kampus mereka masing-masing.
Semester 2 pun tak terasa telah berlalu dan tak lama lagi akan ada
liburan semester. Mereka memutuskan untuk pulang ke kampung halaman mereka.
Setibanya
mereka di kampung halaman, mereka saling berpelukan lalu mereka serntak
meneriakkan “Kita adalah api..Kita akan selalu semangat”. Pertama mereka
bertiga menuju kerumah orang tua Anisa. Anisa adalah keluarga yang cukup
sederhana. Lalu berikutnya kerumah keluarga pipit, dan terakhir mereka
berkumpul dirumah Intan sejak pukul 2 siang sampai pukul 6 sore. Mungkin jika
mereka selalu bersama tak akan cukup waktu untuk mereka bercerita selama 7 hari
7 malam. Walaupun mereka suka bercerita cerita, mereka tak akan pernah
meninggalkan yang namanya sholat.
Liburan
telah berakhir dan mereka langsung pulang ke kota tempat kuliah mereka
masing- masing. Esok harinya
perkuliahan pun dimulai dan mereka masing-masing berusaha untuk tetap menjadi
sebuah API yang semakin diterpa masalah maka mereka akan semakin berkobar dan
akan semakin berani untuk menghadapi masalah itu. Selalu mereka ingat dalam
ingatan dan mereka tanamkan dalam hati bahwa mereka adalah generasi baru yang
tak mudah dikalahkan oleh sebuah masalah. Karena slogan mereka adalah “kita
adalah api”. Semester 3 mereka lalui dengan semangat yang membara. Bak api yang
sangat berkobar. Namun, saat itu mereka mendapatkan sebuah masalah yang cukup
berat.
Masalah
itu dimulai dari masalah Anisa yang difitnah oleh temannya. Anisa dituduh oleh
temannya mencuri dompet dari salah seorang teman yang paling kaya dikelasnya.
Padahal sesungguhnya Anisa tidak melakukan itu. Meskipun Anisa dari keluarga
yang sederhana, namun Anisa tidak pernah diajarkan mencuri oleh orang tuanya.
Masalah itu membuat Anisa malu untuk kuliah sampai ia menemukan siapa orang
yang memfitnah dia. Satu minggu kemudian Anisa berhasil menegtahui siapa teman
yang memfitnahnya dan teman yang memfitnah itu di drop out dari Universitas
Negeri Padang. Setelah itu kehidupan Anisa cukup berjalan lancer. Karena setiap
masalah jika dihadapi satu persatu InsyaAllah akan selesai dengan baik. Seperti
rpinsip awal mereka bahwa mereka adalah sebuah API.
Tak
lain halnya dengan Pipit dan juga Intan yang mengalami masalah. Intan yang
menuntut Ilmu di kota yang cukup keras kehidupannya yaitu Lampung. Intan kehilangan
motor kesayangannya dari SMA. Motor itu sudah bersamanya selama 4 tahun.
Setelah dicari berminggu-minggu motor itu tidak bias ditemukan lagi. Intan
hanya bisa pasrah kepada Allah SWT. Karena mungkin saja yang mencuri motor itu
sangat membutuhkan uang. Dan Intan juga sudah berusaha sekuat tenaga dengan
mengerahkan seluruh semangatnya. Pipit yang menuntut ilmu di kota yang cukup
panas yaitu Jambi juga mengalami masalah. Kontrakan tempat Pipit tinggal
terjadi kasus pencurian. Pipit kehilangan uang 2 juta rupiah. Padahal uang itu
ingin digunakannya untuk membayar kontrakan. Namun, Pipit yakin Allah akan
mengganti uang itu dengan hal lain suatu saat nanti.
Tak
terasa mereka sudah semester tujuh. Masing-masing dari mereka sudah mulai
membuat skripsinya masing-masing. Namun ada satu kendala yang dialami oleh
Anisa. Anisa kekurangan biaya untuk membeli printer. Akhirnya Pipit dan Intan
berusah mengumpulkan uang di kampusnya masing-masing. Pipit menjual kue di
kelasnya dan di tempat lain Intan pun melakukan hal yang sama. Yaitu berusaha
agar mendapatkan uang. Intan membuka usaha gantungan kunci yang terbuat dari
kain planel. Alhamdulillah dengan semangat yang selalu mereka tanamkan dalam
hati, dan selalu di ingat dalam ingatan mereka masing-masing bahwa mereka akan
selalu menjadi API yang membara dan akan selalu semangat mengahadapi setiap
masalah yang menghampiri.
Tak
terasa 2 minggu pun berlalu dan Intan berhasil mengumpulkan uang sebesar dua
ratus ribu rupiah. Pipit juga berhasil mengumpulkan uang sebesar tiga ratus
ribu rupiah. Sedangkan harga printer saat itu adalah enem ratus ribu rupiah.
Dengan semangat yang luar biasa dan keinginan berhasil yang mebara seolah-olah
pertemanan mereka yang mereka namai API itu memang benar-benar tertancap pada
diri mereka masing-masing. Karena Anisa tidak ada mata kuliah di kampus lagi,
Anisa memutuskan untuk bekerja paruh waktu. Dari pukul 7 pagi sampai pukul 12
siang Anisa bekerja di sebuah rumah makan di dekat kontrakannya. Setelah itu
saat pukul 1 siang sampai pukul 8 malam, Anisa bekerja di sebuah fotokopian
yang tak jauh dari rumah makan itu. 2 minggu berlalu dan dari 2 pekerjaannya itu
Anisa berhasil mengumpulkan uang sebanyak dua ratus ribu rupiah. Akhirnya
berkat kerja keras Anisa, Pipit dan Intan yang luar biasa, Anisa bisa membeli
printer untuk skripsinya.
Selama
dua bulan mereka melakukan penelitian di kampus mereka masing-masing dan 2
bulan kemudian tak terasa mereka sudah menjadi seorang sarjana. Luar biasa
sekali rasanya bisa melihat mereka sukses dengan usaha yang luar biasa, kerja
keras yang tiada putus dengan semangat yang berapi-api yang tak pernah padam.
Mereka berhasil menjadi mahasiswa terbaik di kampus mereka masing-masing.
Dengan nilai yang luar biasa memuaskan. Orangtua mereka sangat bangga dengan
kerja keras anaknya yang berhasil menuntut ilmu dengan baik.
***
Mereka
melanjutkan perjuangan mereka masing-masing. Mereka membuat surat lamaran kerja
yang ditujukan untuk perusahaan yang
sama. Setelah satu minggu kemudian perusahaan tersebut hanya menghubungi salah
satu dari mereka. Ternyata hanya Anisa yang diterima di perusahaan itu.
Perasaan Intan dan Pipit rasanya tak karuan. Apakah harus sedih atau senang
mendengar berita bahwa Anisa diterima di perusahaan tersebut. Namun, mereka
tetap menjadi suatu API yang akan selalu menyatu dan akan mendukung satu sama
lain. Anisa merasa berat hati ingin bekerja di perusahaan itu. Karena Anisa tak
sanggup melihat kedua sahabatnya bersedih.
Setelah
berdiskusi, Alhamdulillah Pipit dan Intan menerima dengan lapang dada bahwa
hanya Anisa yang diterima di perusahaan tersebut. Satu minggu kemudian Anisa
mulai bekerja di perusahaan. Sedangkan Pipit dan Intan melanjutkan perjuangan
mereka melamar pekerjaan di perusahaan lain. Perusahaan tersebut bernama
perusahaan Gelora. Setelah menunggu waktu 1 minggu kemudian, hal yang sama
terjadi lagi. Yang diterima hanya salah satu dari mereka berdua. Pipit
mendapatkan telfon bahwa pipit bisa bekerja di perusahaan Gelora mulai minggu
depan. Menjelang minggu depan Pipit menemani Intan mencari pekerjaan. Setelah 3
hari berlalu belum ada perusahaan yang menerima surat lamaran kerja dari Intan.
Intan mendadak putus asa.
Keesokan
harinya Intan dan Pipit berusaha lagi menempuh perjalan dan berjuang untuk
mendapatkan pekerjaan. Saat itu sudah tepat menunjukkan pukul 11 siang. Pipit
dan Intan memutuskan untuk makan siang. Tak berapa lama kemudian, telefon genggam
Intan berdering. Saat intan mengangkat telfon terdengar suara laki-laki yang
berbicara terlebih dahulu. “Halo, selamat siang. Bisa bicara dengan saudari
Intan” ucap lelaki itu. Lalu Intan menjawab “ iya pak, saya intan”. Lelaki
tersebut menjawab lagi “saya ucapkan selamat kepada anda, karena menurut hasil
keputusan perusahaan Gelora, anda diterima di perusahaan kami. Anda bisa mulai
bekerja minggu depan”. Lalu Intan meneteskan air mata bahagia dan terdiam
sejenak. Beberapa saat kemudian intan menjawab “ terima kasih pak. Saya akan
datang tepat waktu dan akan siap bekerja di perusahaan bapak”.
Akhirnya
Anisa, Pipit dan Intan sudah mendapatkan pekerjaan. Mereka yakin bahwa jika
mereka berusaha dengan giat dan berusaha dengan penuh semangat yang berapi-api
maka mereka akan berhasil. Terbukti dengan eratnya persahabatan mereka dan
usaha keras mereka, mereka dapat melalui semua masalah yang datang. Seperti
yang selalu mereka ingat. Mereka menganggap masalah hanyalah sebuah angin yang
menerpa mereka sang API. Api akan bertambah besar jika diterpa angin. Begitu
pula mereka, mereka akan bertambah semangat meskipun masalah bertubi-tubi
menghampiri mereka. Lalu mereka berpelukan bertiga dan berkata dengan teriakan
yang sangat keras “kita adalah API, kita akan selalu semangat”.
Mutiara
Azani
12
Januari 2012, pkl 04.00
Muara
Bulian, Jambi
BOM
CERPEN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar